Menapaki Petilasan Dewi Kilisuci di Gua Selomangleng Kediri - Manusia Lembah

Menapaki Petilasan Dewi Kilisuci di Gua Selomangleng Kediri

Tempat wisata di Kediri tidak perlu dipertanyakan lagi. Wisata alam, religi, edukasi hingga wisata sejarah bisa ditemukan ketika mengunjungi Kediri. Menyebut kediri tentu tidak lepas dari Legenda Gunung Kelud dimana asal usulnya menceritakan tentang penolakan seorang putri cantik Kerajaan Kediri terhadap Lembu Suro. 

Sosok putri ini sangat sering didengar dengan nama Dewi Kilisuci. Gua Selomangleng adalah situs gua yang diyakini masyarakat sekitar sebagai tempat pertapaan sekaligus petilasan Dewi Kilisuci. Bentuk gua yang unik bercampur nuansa sejarah ini menjadi tempat wisata di Kediri yang wajib untuk dikunjungi.

Goa Selomangleng

Gua Selomangleng berada di Jl. Mastrip no 1, Mojoroto, Kediri, Jawa Timur. Lokasi tempat wisata di Kediri ini bersebelahan dengan Museum Airlangga dan bersebelahan dengan Bukit Maskumambang, salah satu wisata ziarah di Kediri yang terdapat makam Maling Gentiri. Rute jalan yang sudah jelas dan akses jalan mudah dilalui untuk kendaraaan roda dua maupun roda 4.

Letak Gua ini berada di kaki Gunung Klotok. Nama Selomangleng'pun diambil dari letak gua. Dalam bahasa Jawa, Selo berarti batu dan Mangleng berarti menggantun. Jadi Selomangleng berarti batu yang menggantung. 

Area Gua Selomangleng tidak terlalu luas dan tersembunyi di balik rimbunnya pohon yang kini sudah dipangkas dan menjadi pelataran bagi wisatawan. Tempat wisata di Kediri ini yang dulunya tampak angker, kini mulai ramai dikunjungi karena bentuk unik dan sejarah yang seolah-olah masih tersembunyi.


Area Gua Selomangleng


Sejarah Gua Selomangleng 

Gua Selomangleng pernah digunakan oleh Dewi Kilisuci sebagai tempat pertapaan. Dewi Kilisuci (Sanggramawijaya Tunggadewi) adalah putri mahkota Raja Airlangga yang sangat rupawan sehingga banyak orang yang ingin menikahi Dewi Kilisuci.

Bukan hanya manusia biasa, manusia berkepala kerbau bernama Lembu Suro (Djotosuro) juga ingin meminangnya. Namun lamaran semua laki-laki yang menginginkannya ditolak oleh Dewi Kilisuci karena dia tidak ingin menikah dengan alasan mandul. Kisah Lembu Suro dan Dewi Kilisuci' pun menjadi Legenda Gunung Kelud.

Selain menolak untuk menikah, Dewi Kilisuci juga menolak menerima tahta kerajaan yang diwariskan kepadanya dan lebih memilih menjauhkan diri dari kehidupan dunia dengan cara melakukan tapabrata di Gua Selomangleng. Dewi Kilisuci menghabiskan waktunya menjadi pertapa untuk mendekatkan diri kepada Sang Ilahi agar rakyat Kediri terhindar dari marabahaya akibat Lembu Suro.

Gua Selomangleng 

Gua Selomangleng memiliki dua pintu berbentuk lingkaran yang berada di lereng Gunung Klotok. Untuk masuk ke pintu gua cukup menapaki jalan batu yang mengantar sampai ke mulut gua. Dari kejauhan, mulut Gua Selomangleng memang sangat mengundang rasa penasaran dengan apa yang ada di dalam. Pintu gua yang tampak gelap itu masih menyisakan patung-patung arca serta bebatuan bekas reruntuhan gapura.


Bagian Dalam Gua Selomangleng
Mendekati mulut gua, ukiran relief di dinding gua jelas terlihat. Arca Dwarapala dengan bentuk yang sudah rusak diletakkan di tengah undakan sebelum mulut gua. Gua Selomangleng yang sisi dalamnya melengkung ini terbentuk dari batuan andesit hitam sehingga menjadikannya kedap air. 

Gua ini memiliki dua ruangan utama di tepat di depan mulut gua, dimana di sisi kanan dan kirinya terdapat ruangan yang lebih kecil dan gelap, bahkan tidak terlihat jika tidak dibantu dengan penerangan. Dari ruang utama ke sisi ruang yang lain dihubungkan oleh rongga di kanan dan kiri ruangan utama. Di atap-atap gua ini tidak terdapat stalagtit maupun stalakmit seperti gua-gua pada umumnya.

Relief Dinding Gua Selomangleng
Seluruh dinding Gua Selomangleng penuh dengan pahatan relief dengan berbagai gambar. Sebagian relief di dinding Gua Selomangleng yaitu : 
  • Relief manusia dalam posisi bertapa ada di pilar batu melengkung pada gua. 
  • Relief Patih Buto Luhcoyo yang selalu menemani Dewi Kilisuci. 
  • Relief sepasang manusia di dalam kotak segi empat. 
  • Relief manusia dalam berbagai posisi. 
  • Relief berbagai ornamen bunga. 
  • Relief berbentuk gunung-gunung di dinding gua. 
  • Relief Banaspati atau Kala di atas pintu masuk ruang sesaji yang lengkap dengan rahang bagian bawah. 
Diantara relief-relief tersebut, sebagian menceritakan kisah-kisah Dewi Kilisuci. 

Di dalam gua bagian kanan ada sebuah tempat pembakaran dupa disertai altar untuk menaruh bunga. Relief-relief di dalamnya sudah tampak hitam karena terkontaminasi asap dupa yang sering di bakar di dalam. Di dalam Gua Selomangleng juga ada ceruk yang digunakan untuk bertapa.


Ruang Pembakaran Dupa
Belum ada literatur maupun keterangan yang dibuat pada benda-benta di sekitar lokasi Gua Selomangleng, sehingga kisah sejarahnya belum banyak dikenal wisatawan. 

Area Gua Selomangleng yang sudah dikembangkan sebagai tempat wisata ini memiliki fasilitas tambahan yang melengkapi tempat wisata di Kediri ini yaitu adanya kolam pemandian yang bisa digunakan anak-anak maupun orang dewasa. Tempat wisata sejarah ini wajib dikunjungi ketika berada di Kediri. Lokasi yang teduh ditambah suasana gua yang mistis akan membuat wisatawan serasa kembali ke lorong waktu masa lalu.